Senin, 24 Januari 2011

CINTA??????

CINTA.....
Cinta itu tak bisa ditemukan melalui cover seseorang,
tak juga melalui harta dan kekuasaan. Tidak dari rasa
penasaran attaupun pujian. Tapi cinta dapat
ditemukan di hati. Karena cinta dari hati dan untuk
hati. Hanya hati yang tulus yang dapat menemukan arti cinta yang sebenarnya. *** Suatu sore di sebuah jalan, ada seorang gadis yang
terlihat sangat serius mengendarai sekuternya. Dia
telat. Seharusnya 10 menit yang lalu dia sudah sampai
di tempat lesnya, tapi karena ketiduran, ya jadi gini.
Cinta nama gadis itu. Setiap Senin, Rabu, dan Sabtu
Cinta selalu pergi les ke rumah Pak Riza, guru les matematikanya. Hari itupun demikian. Dengan
tergesa- gesa dia mengendarai sekuternya. "huwft akhirnya sampe juga.. Lhowh, kok rame
banget? Tapi urusan amat, yang penting aku harus
duduk di depan Pak Riza" pikirnya. Dengan cepat Cinta
duduk di depan. Teman- temannya sontak berteriak-
teriak kepada Cinta yang tiba- tiba nyelonong dan
duduk di depan mereka. "Gimana sih Cin? Udah dateng telat, masih mau duduk
didepan aja!" protes Rima. Cinta hanya menjawab
dengan senyuman manis ala Cinta-nya serta kedipan
centil.
"ni anak.." gumam Rima.
"iya, kok Cinta tiba- tiba duduk di depan Nia?" kata Nia yang sekarang dibelakangi Cinta.
"haha, lagian kamu nggak ngusir aku."
"ya nggak mungkin lah.. Nia kan anaknya kalem gitu!
Mana bisa ngusir kamu?" timpal Inta.
"haha.. Maka dari itu.." celetuk Cinta.
"eh, sudah- sudah!" kata Pak Riza yang melihat murid- muridnya jadi ribut gara-gara ulah Cinta. "Cin, kalau kamu datangnya telat,
ngalah dong sama teman- teman kamu. Kasihan kan
yang datangnya awal"
"nggak mau!! Cinta kan mau deket- deket Pak Riza,
hehehe" sontak teman- teman Cinta meneriakinya
"huuuu... Cinta genit!!" "hehe" Cinta tertawa cengengesan menanggapi
teman- temannya. Pak Riza memang guru yang sangat baik kepada
semua muridnya. Selain itu dia masih muda, sehingga
dia tidak kalah gaulnya dengan murid- muridnya. Jadi
maklum kalau semua muridnya menyukainya. Hari itu
berlangsung seperti biasa, penuh dengan canda tawa
dan kelakar anak- anak. Selain itu ditambah oleh ulah Cinta yang selalu membuat teman- temannya
tertawa. Tanpa disadari Cinta, ada sepasang mata
yang selalu memandang dengan kagum kepadanya
dan mengikuti semua tingkah konyolnya dengan
tatapan penuh arti. Mata yang menyiratkan
kehangatan bagi siapa saja yang memandangnya. Hari itu hari Minggu, hujan turun dengan lebatnya,
karena bulan itu musim hujan telah tiba. Tapi les-
lesan Cinta tetap ramai seperti biasa, bahkan lebih
ramai karena hari itu ada beberapa anak baru di les-
lesan Cinta. Diantara anak- anak baru itu ada seorang
cowok yang dalam sekejab menjadi idola semua cewek di les- lesan itu. Anak itu memang paling
perfect di antara teman- temannya. Tinggi, putih,
manis, cakep, tajir, kalau dilihat dari stylenya yang
wah... Zean nama cowok itu. Semua cewek di les-
lesan itu tidak henti- hentinya membicarakannya. Tapi
tidak dengan Cinta. Dia bahkan tidak tau kalau Zeanitu ada. Menurutnya itu tidak penting, karena baginya
belajar itu nomor 1!!!! "Cin, kamu nggak tertarik sama Zean?" tanya Rina di
sela- sela les mereka.
"Zean? Zean siapa Na?" tanya Cinta kepada Rina
dengan tatapan bingung.
"hadoh ni anak, itu lho anak baru yang duduk di depan
Yudhis. Masa kamu nggak tahu? Makannya jadi orang tu merhatiin sekitar, nggak belajar mulu!" ledek Rina.
"ya" jawab Cinta singkat.
"ya? Maksud kamu Cin?" Rina bingung.
"ya, ya, ya, hahahaha..." Cinta segera meninggalkan
Rina yang masih terbengong- bengong mendengar
jawaban Cinta barusan. Sementara Cinta malah cengengesan pergi entah kemana. *** Malam itu tiba- tiba HP Cinta bordering "nomor baru. Siapa ya?" gumam Cinta.
"halo? Siapa ya?" tanya Cinta.
"halo? Cinta?" tanya orang di seberang.
"iya, aku Cinta, siapa ya?"
"aku Zean, tau kan?"
"Zean? Zean anak baru itu?" "iya, tahu juga kamu ternyata. Aku pikir nggak tahu.
Hehe"
"sebenernya nggak tahu, tapi tadi Rina cerita gitu
tentang kamu. Hehe, nggak usah GR"
"ih ni anak jujur banget, nggak ada basa- basinya
nond buat nyenengin ati orang?" "ooo yaaa lupa. Ya kapan- kapan aku tambahin deh.
Hehe"
"nggak perlu. Yang penting sekarang udah tau. Okey
Cin? Salam kenal aja ya?"
"yupz, salam kenal juga"
"udah dulu ya Cin, udah malem, malem manis..." "malem Zean.." Pepatah Jawa "WAITI'N TRESN BECAUSE KULAIN" (baca:
witing tresna jalaran saka kulina) pun berlaku bagi
Cinta dan Zean. Dari sebuah telephon, akhirnya
merekapun bersahabat.Zean dan Cinta saling sharing jika ada masalah. Cinta
membantu Zean, Zean membantu Cinta.
Suatu malam Zean kembali menelphon Cinta. "halo? Apa Ze?"
"nggak pa- pa, cuma pengen denger suara kamu aja.."
"mas, mbag Cinta pingsan, perlu dibawa ke RS ini
kayaknya" jawab Cinta meniru suara pembantunya.
"hahahahaha.." Zean ngakak.
"uda ada apa? Pasti ada maunya ini.." "hehe, kamu tau aja"
"ya iyalah, Cinta gituu.. Sekarang, kamu mau aku
ngelakuin apa buat kamu"
"eeee Cin, hehe, jadi malu.."
"lhah pake malu segala, cepet ngomong, atau nggak
jadi aku bantu nih" "eh, eh, tunggu dong sayang.. Oke, oke, aku
ngomong"
"(hening)"
"Ze, kamu masih di sana kan?"
"iya, oke, gini Cin, kamu bisa bantu ngedeketin aku
sama Nikta?" "what? Apa Ze? Aku nggak denger"
"huuhh.. Cinta sayang, kamu bisa bantu ngedeketin
aku sama Nikta?"
"hahahahahahaha... kamu suka Nikta? Ramanikta...
Hahahahaha"
"ih lebay!! Gimana? Bisa bantu nggak?" "oke, oke, aku usahain dulu. Tapi kalau nggak berhasil
jangan salahin aku ya?"
"iya, iya, makasih ya sayang, kamu baik banget.."
"kalau ada maunya aja muji- muji gitu""hehe, nggak
papa kan Cin, sekali- sekali, makasih ya Cin"
"iya, udah dulu ya, belajar dulu" "oke, malem"
"malem" Cinta menutup telephon itu. *** Dimulailah misi Cinta mendekatkan Zean dan Nikta.
Cinta memang tidak mengalami kesulitan dalam
mengerjakan misinya, karena Nikta adalah salah
seorang sahabat baiknya. Setiap bersama dengan
Nikta, Cinta selalu membicarakan Zean,memuji- muji Zean, tujuannya tidak lain dan tidak
bukan adalah supaya Nikta tertarik dengan Zean. Tapi
apa yang terjadi? Malah Cinta yang mulai menyukai
Zean. Awalnya Cinta tidak menyadari perasaan itu,
tapi suatu sore di les- lesan, Cinta merasakan
kesedihan saat melihat tawa Zean untuk Nikta, bukan untuk dirinya. Sore itu hari sabtu, Cinta menghampiri Zean setelah
les berakhir untuk membicarakan misi Cinta
selanjutnya.
"hy Ze.."
"hy Cin, ngapain kamu senyam- senyum gitu?"
"nggak, nggak papa, cuma mau bilang, misiku udah kelar, kamu tinggal maju sendiri"
"oh ya? Cintaaa, kamu baik banget" ucap Zean yang
langsung memeluk Cinta, Cinta yang kaget sontak
mendorong Zean. Dag dig dug juga siih. Untung nggak
ada yang liat.
"sory Cin, reflek, kesenengan sih akunya, hehe" "seneng sih seneng, tapi jangan dilampiasin ke aku.
Ke Nikta sana!"
"ssttt.. Jangan keras- keras,nanti orangnya denger"
kata Zean sambil membekap mulut Cinta. Jantung
Cinta kembali bersalto. Namun tiba- tiba Nikta datang.
Zean langsung melepaskan tangannya dari mulut Cinta.
"hai Ze.. Cin, udah mau pulang belum? Nebeng ya?
Sopirku nggak njemput nih"
"nggak boleh. Bareng Zean sana! Hehe"
"yah Cinta.."
"alah nggak papa. Iya kan Ze?" "hah? I.. Iya.. Bareng aku aja Ta, nggak papa kok"
"sana Ta, bareng Zean aja. Lagian aku tadi disuruh
Mama belanja dulu" dusta Cinta
"ya udah, aku bareng Zean aja. Bener nih Ze nggak
papa? Rumah kita kan jauh?"
"iya bener, suer" "oke, duluan ya Cin, kamu nanti ati- ati""iya, iya, cepet sana jalan! Pegangan atuh Ta"
"thanks ya Cin.." pamit Zean sambil mengedipkan
sebelah matanya. Tanpa diketahui Nikta tentunya.
Cinta hanya tersenyum menatap kepergian Zean dan
Nikta. Tak tahu kenapa, hatinya terasa sangat sakit. "ya Tuhan, kenapa aku ini?" ucap Cinta pada suatu
malam. "apa aku suka dia? Nggak! Dia kan sahabatku,
lagian cinta dia bukan untukku.... Ya Tuhan, jika dia
memang untukku, tumbuhkanlah perasaan ini, tapi
kalau dia bukan untukku, bunuh dan hapuslah rasa ini
dari hatiku. Aku ikhlas kalau dia bahagia bersama Nikta" ucap Cinta dalam do'anya.
Tapi perasaan di hati Cinta terus tumbuh, dia berusaha
menepis perasaannya, tapi tetap tidak bisa. Sampai
akhirnya Cinta memutuskan untuk mengungkapkan
semua isi hatinya kepada Zean. Cinta tidak peduli apa
jawaban Zean untuknya, dia hanya mau Zean mengetahui isi hatinya.
Malam itu juga Cinta menelphon Zean.
"halo.. Ze?"
"halo.. Apa Cin? Tumben malem- malem gini nelpon."
"nggak, aku cuma pengen ngomong sesuatu sama
kamu." "ngomong apa? Mau curhat? Ngomong aja. Zean slalu
siap buat Cinta. Hehe"
"kamu udah nembak Nikta?"
"belum lah Cin, deket juga baru kemaren, napa sih
tanya- tanya?"
"kamu beneran suka sama dia?" "uummm... Kamu kenapa sih Cin? Jangan- jangan
kamu suka ya sama aku? Hehe"
"jujur, aku emang suka sama kamu. Boleh kan Ze?"
(Hening lama)
"Ze? Halo? Zean? Kamu nggak pingsan khan Ze?"
"i.. Iya.. Aku juga suka kamu. Udah dari dulu sih, tapi bingung ngomongnya"
"bener Ze?""iya, aku sayang kamu Cinta"
"makasih Ze"
"iya, sama- sama Cin"
"ya?"
"tapi jangan bilang ini ke sipa- siapa ya? Aku mohon"
"emang kenapa Ze?" "ya jangan bilang aja, belum waktunya"
"oke" tanpa berpikir panjang, Cinta menyanggupi
permintaan Zean. Sejak saat itu hubungan merekapun dimulai.
Hubungan tanpa status yg hanya mereka berdua saja
yg tahu. Hubungan yang disalah artikan salah satu
pihak sebagai CINTA. Setiap hari Zean selalu menelphon Cinta hanya untuk
sekedar mengetahui kabar Cinta atau sedang apa
Cinta saat itu. Hubungan mereka berjalan dengan baik
selama beberapa minggu. Zean selalu baik pada Cinta,
selalu ada di setiap Cinta membutuhkannya dan selalu
menghibur Cinta dengan kata- kata manisnya. Sampai akhirnya beberapa hari di akhir bulan itu, Zean tidak
lagi menghubungi Cinta seperti biasanya. Cintg mulai
khawatir dan curiga kepada Zean. Sebenarnya apa
yang terjadi dengan Zean? Pertanyaan itu terus
berputar- putar di otak Cinta. Diam- diam Cinta
menyelidiki mengapa Zean melakukan itu pada Cinta, menghukum Cinta yang tak tahu apa salahnya.
Semula dia hampir putus asa, ternyata dia dan Zean
tidak sedekat seperti yang selama ini dia bayangkan.
Jarak di antara dia dan Zean ternyata terlalu lebar.
Selama ini Cinta selalu merasa bahwa dialah orang
terdekat Zean, tapi tidak. Cinta hanya mengetahui sedikit sisi dari Zean. Dia belum memahami
bagaimana sebenarnya Zean, siapa dia, dan
bagaimana kehidupannya. Cinta hanya mengenal
Zean yang selama ini ada di hadapannya,melihat Zean hanya dari satu sisinya saja.
Beberapa hari setelah Cinta menyelidiki Zean,
akhirnya dia tahu apa yang sebenarnya membuat
Zean akhir- akhir itu menjauhinya. Cinta mengetahui
sebuah kenyataan. Kenyataan yang membuatnya
sakit, terpuruk, sedih, dan kecewa. Cinta mengetahui sebuah kenyataan dari teman-
teman Zean. Selama ini Zean sedang mendekati
seorang gadis, Amalia nama gadis itu. Sudah lama
Zean menyukai Amalia, dan sudah berulang kali Zean
mencoba menyatakan perasaannya pada gadis itu,
tapi Amalia selalu menolaknya. Oleh karena itu Zean selalu mencoba mendekati Amalia dengan cara
apapun. Dan beberapa hari yang lalu Zean
mendapatkan kemenangannya. Dia mendapatkan hati
Amalia. Cinta terlalu takut untuk menerima bahwa apa yang
dikatakan teman Zean adalah suatu kenyataan. Cinta
sangat membenci kenyataan yang malah
menyakitinya. Seandainya Cinta tahu semuanya akan
seperti ini, Cinta tidak akan mencari tahu mengapa
zean menjauhinya. Lebih baik Cinta tidak tahu apa- apa tentang Zean daripada dia harus sakit dan
kecewa. Cinta belum pernah merasa sangat kecewa
seperti ini kepada seseorang. Cinta selalu menilai
seseorang dari sisi positifnya saja, dia tidak pernah
membayangkan sisi negatif seseorang akan sangat
melukainya. Tapi setidaknya Cinta tahu apa alasan Zean melarangnya menceritakan hubungan mereka
kepada orang lain. Cinta juga menjadi tahu alasan
Zean tidak pernah menyatakan CINTA kepadanya,
karena cinta Zean memang bukan untuknya. Sejak saat itu Cinta tidakpernah lagi menghubungi Zean. Jika bertatap muka
dengan Zean, Cinta hanya diam. Pernah suatu waktu
Zean menanyakan apa yang terjadi kepada Cinta, tapi
Cinta hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.
Sejak saat itu juga Cinta menjadi lebih banyak murung
daripada tertawa. Seakan- akan senyum dan tawa Cinta yang dulu, telah pergi meninggalkannya.
Semangatnyapun seakan- akan telah menguap habis.
Teman- temannya sangat mengkhawatirkan Cinta.
Sebab Cinta tidak pernah seperti ini sebelumnya. Cinta
yang dulu selalu ceria, tertawa dan menghangatkan
suasana dengan kelakar- kelakarnya. Sedangkan Cinta yang sekarang bukanlah Cinta yang seperti itu.
Mereka semua khawatir dengan keadaan Cinta.
Termasuk sepasang mata yang dari dulu selalu
memperhatikan Cinta. Sore itu setelah les berakhir, Rima menghampiri Cinta
yang sudah siap mau pulang. Rima mencoba
menanyakan apa yang terjadi pada Cinta. "Cin.."
"iya.. Apa Ma?"
"kamu kenapa sih? Sekarang kamu pendiem banget"
Cinta menggelengkan kepalanya "nggak kok, nggak
papa, Cinta masih Cinta yang dulu" jawab Cinta
"nggak Cin, kamu nggak kaya Cinta yang aku kenal. Udah 3 tahun lebih aku kenal kamu, kamu belum
pernah kaya gini sebelumnya. Sebenernya kamu
kenapa Cinta?" Cinta hanya diam mendengar
pertanyaan- pertanyaan Rima.
"kamu nggak mau cerita sama aku Aprilita Leycinta
Asika Putri?" Cinta tetap diam.
"oke, mungkin kamu emang nggak nganggep aku
sahabat kamu. Ya udah aku pulang dulu."
"tunggu Ma, kamu emang sahabat aku, sahabat akuyang palin baik. Oke, aku mau cerita sama kamu"
"huuhh.. Kenapa nggak dari tadi sih Cin? Sekarang
jelasin semuanya kenapa kamu kaya gini!"
"gini, sebenernya aku sama Zean....." lalu Cinta pun
menceritakan semuanya kepada Rima, termasuk apa
yang terjadi antara dia dan zean beberapa hari yang lalu. Mereka tidak tahu bahwa sedari tadi ada
sepasang mata yang terus mengamati dan
mendengarkan percakapan mereka. Mata itu mata
yang sama yang selalu mengagumi Cinta. Mata yang
selalu menyiratkan kehangatan bagi siapa saja yang
menatapnya. Tetapi tidak untuk saat ini, mata itu memandang dengan garang ke arah mereka berdua.
Sebelum mereka menyadari, mata itu telah
meninggalkan mereka dan bergegas mengejar
buruannya
"udag Cin, jangan sedih lagi, mungkin Zean memang
bukan buat kamu. Dia nggak pantes buat kamu. Kamu terlalu baik Cin. Kamu pasti akan nemuin cowok yang
lebih baik dari Zean" kata Rima tulus kepada
sahabatnya.
"iya sih Ma, tapi aku udah terlanjur sayang banget
sama dia" jawab Si sahabat.
"apa yakin itu cinta yang sebenarnya?" Cinta terpaku mendengar pertanyaan Rima
"huh huh huh huh huh" suara Aldi yang berlari
terengah- engah ke arah mereka.
"kenapa sih ni anak? Habis marathon ya Di?" goda
Rima.
"huh huh gawat huh Putra huh sama Zean huh berantem huh"
"APA??"
"huh mereka kayaknya huh ngomongin kamu Cin"
"dimana Di?"
"huh di rumah Fahmi"
Cinta dan Rima langsung menuju ke rumah Fahmi. Cinta setengah khawatir, setengah bingung
mendengar penjelasasan Aldi.
Setelah sampaidi tempat Fahmi, mereka hanya bisa terpaku melihat
apa yang terjadi di depan mereka.
"APA YANG LOE LAKUIN SAMA DIA BRENGSEK?!!" teriak
Putra sambil melayangkan tinjunya ke pipi kanan
Zean. Sementara Zean hanya terdiam menerima
pukulan- pukulan Putra. Dia tidak akan membalas, dia tahu bahwa dia salah.
"SELAMA INI GUE BELUM PERNAH LIAT DIA SAMPE KAYA
GINI, DIA SELALU CERIA. NGGAK PERNAH SEDIH!! TAPI
SEJAK ADA LOE..... " teriak Putra sambil melayangkan
tinjunya lagi. Kali ini pipi kiri Zean yang jadi
sasarannya. Zean tetap diam dan tidak membalas. Bibirnya berdarah, pipinya bengkak. Tapi dia terlalu
enggan untuk membalas Putra.
"LOE TAU APA YANG GUE LIAT TADI?? DIA NANGIS!! DIA
NANGIS!!!" kemarahan Putra masih meluap- luap. Dia
mengarahkan tinjunya lagi, ke perut Zean. "STOP!! Udah Put, aku mohon, cukup!" teriak Cinta saat
itu. Putra langsung terdiam dan menarik tangannya
yang hampir menghantam perut Zean.
"aku nggak tau kenapa kalian kaya gini? Tapi aku tau
kalau kalian berantem karena aku. Kalian kenapa?!"
cinta terdiam sesaat "kamu Ze, apa aku masih ada artinya buat kamu, sampai- sampai kamu cuma bisa
mematung dan nggak nyoba menghindar dari Putra?
Apa kamu pikir dengan membiarkan diri kamu diadili
Putra kamu akan bisa menghapus rasa sakit hati aku
ke kamu? Nggak Ze, nggak sampai kapanpun!! Dan
kamu Put, kamu kenapa?? Kamu bukan Putra yang aku kenal. Apa hak kamu nyampurin urusan aku
sampai kaya gini?!" Zean dan Putra hanya terdiam
mendengar kata- kata Cinta. Cintalalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Cint, tunggu!! ada yang mau aku bicarain sama
kamu!" teriak nikta.
Di jalan, Cinta hanya terdiam memikirkan apa yang
baru saja dilihatnya. Dua orang cowok berkelahi
karena dia! Kata- kata Putra tadi terus terngiang- ngiang di
telinganya.
"Cin, kamu tahu dari dulu aku suka sama siapa?" kata
Nikta memulai pembicaraan. Cinta kemudian tersadar
dari lamunannya.
"hah? Siapa? Zean?" "nggak Cin, bukan Zean. Dari dulu aku suka Putra, tapi
aku nggak pernah bilang sama dia. Aku kagum
banget sama Putra. Dari dulu aku diam- diam muja
dia. Tapi nggak lagi setelah aku liat apa yang dia
lakuin hari ini. Cin, Putra tu cinta sama kamu. Dia
ngelakuin semua itu demi kamu" tegas Nikta. "maksud kamu?" tanya Cinta bingung
"iya, sebenernya Putra tu sayang banget sama kamu"
Nikta menarik napasnya dalam- dalam "sebenernya
udah lama aku tahu ini, tapi aku nyoba menepis jauh-
jauh pikiran ini. Apa kamu nggak sadar? Dia selalu
merhatiin kamu. Tatapan dia nggak pernah beralih semilipun dari kamu. Jujur Cin, aku iri sama kamu.
Kenapa orang yang aku sayang malah lebih sayang
ke kamu? Tapi nggak papa, asal dia bahagia aku juga
udah bahagia, apalagi dia sayangnya sama sahabat
aku"
Cinta terdiam mendengar kenyataan yang Nikta katakan padanya.
"semoga kamu bahagia sama Putra ya cin? Kamu
terima aja dia" kata Nikta tulus.
"Ta, kita balik ke tempat Fahmi!"
"hah? Buat apa Cin?" tanya Nikta bingung
"udah deh cepetan!" jawab Cinta singkat. Nikta segeramembelokkan mobilnya dan kembali ke tempat
Fahmi. Nikta tahu sahabatnya ini sedang kalut, jadi
percuma jika dia bertanya macam- macam. Sampai di
rumah Fahmi, Cinta masih melihat Putra dan Zean
sama- sama termenung di tempat tadi dia
meninggalkan mereka. "Cin, kamu mau ap....." belum sempat melanjutkan
pertanyaannya, Cinta sudah menarik Nikta keluar dari
mobilnya. Cinta menarik Nikta ke arah dua orang
cowok yang tadi baru saja berkelahi itu. Tepatnya
Cinta menarik Nikta ke arah Putra.
"Put..!" panggil Cinta. Putra segera menoleh ke arah suara yang sangat dikenalnya itu. "Put, aku udah tahu
semuanya, makasih kamu udah sayang sama aku,
kamu mau juga nggak sayang sama sahabat aku?"
Putra hanya diam. Dia tidak mengerti apa yang
dipikirkan Cinta. "Nikta Put, dia udah lama mengagumi
kamu. Dia sayang banget sama kamu, sampai- sampai hari ini dia mau nyerahin cintanya buat aku.
Aku tahu, kamu pasti nggak ngerti jalan pikiran aku,
tapi aku nggak pantes buat kamu, cinta aku udah buat
orang lain. Orang yang nggak pernah cinta sama aku.
Dan cinta kamu Put, cinta kamu yang tulus itu lebih
pantes kamu kasih ke orang yang juga tulus mencintai kamu. Udah ya Put, jaga dia baik- baik.
Semoga kalian bahagia" kata Cinta sambil
menyerahkan tangan Nikta ke Putra. Lalu dia pergi
meninggalkan mereka.
"tunggu Cin!" kata Zean tiba- tiba. Cinta berhenti,
namun tidak berbalik. "maafin aku"
"udah kok Ze, aku udah maafin kamu. Makasih buat
semua yang kamu kasih buat aku. Harapan, mimpi,
tawa, dankecewa. Makasih buat semuanya. Semoga kamu
bahagia sama Amalia. Selamat tinggal" kata Cinta. Setelah itu Cinta pergi meninggalkan mereka semua.
Ya, sejak saat itu mereka tidak pernah lagi bertemu
dengan Cinta, yang mereka tahu, Cinta pindah ke
Bandung karena ayahnya dipindah tugaskan.
Belakangan mereka tahu bahwa Cinta sudah lama
mengidap kanker otak. Dia sudah divonis dokter bahwa umurnya sudah tidak akan lama lagi.
Beberapa minggu setelah kejadian di rumah Fahmi
tersebut, Cinta meninggal. Cinta yang meninggalkan
mereka di tempat itu, pergi untuk selama- lamanya.
Pergi untuk tidak pernah kembali....... *** Hehehehe karya pertama.. mohon comment sama
votenya yaaa..?? ^^ Sebenernya ini karaya uda lama, tugas sekolah juga
jadi maaf kalo bahasanya terlalu baku.. ga sempet
ngedit :P Sekali lagi maaf kalo banyak yang salah... :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar