Minggu, 16 Januari 2011

KISAH CINTAKU DI SEKOLAH

Aku berjalan menyusuri lorong sekolah dimana
tempatku biasa belajar, berbincang - bincang dengan
teman atau melakukan aktivitas lain yang mungkin
bisa berguna untuk masa depanku. Dihari pertamaku
memulai tahun pelajaran yang baru di bangku kelas
XI SMA kisah ini dimulai. Sepi suasana di sekolah saat ini sangat terasa, maklum saja karena jam tanganku
masih menunjukan pukul 06.15 pagi. Terlihat
beberapa anak berseragam rapi sedang berkerumun
membicarakan pengalamannya masing - masing saat
liburan semester kemarin. Namun bagiku itu bukanlah
suatu hal yang begitu menarik untuk dibicarakan dalam suasana seperti ini. Bagiku yang akan
membuat hari ini menarik bahkan membuatku
berdebar - debar atau malah akan mambuatku agak
sedih adalah berpisah dengan teman - teman kelas X
dulu. Walau hanya berpisah kelas dan jurusan, itu
cukup membuatku merasa sedih mengingat kenangan saat bersama - sama di kelas X dulu.
Namun yang membuatku tertarik dan berdebar -
debar adalah bertemu dengan teman - teman baru di
kelas yang baru pula. Pikiranku pun hanya berisi
dugaan - dugaan apakah aku akan sekelas dengan
dia atau dia. Sambil melepas rinduku terhadap sekolah, aku
berjalan mengelilingi sekolah. Tiba u tiba tepat disuatu
sudut sekolah aku berpapasan dengan sekumpulan
siswi yang sebaya denganku atau mungkin juga sama
- sama kelas XI. Walau hanya sekilas namun aku
sempat memperhatikan mereka semua. Dari situ aku merasa ada yang berbeda dari seorang gadis yang aku lihat bersama teman - temannya tadi.
Gadis itu sekilas terlihat manis, namun itu rupanya
kesan sekejap saja karena setelah pertemuan yang
hanya sebentar itu berakhir, tanpa kusadari hal itu
telah kulupakan.
Tak terasa suasana yang tadinya sepi telah berubah menjadi ramai seperti hari - hari sekolah biasanya.
Aku pun telah berkumpul bersama teman - temanku
kelas X untuk menunggu pengumuman pembagian
kelas baru sesuai dengan jurusan yang telah dipilih
sebelumnya. Sambil menunggu pengumuman, aku
mendengarkan tiap kata yang keluar dari mulut teman - temanku ketika mereka bercerita tentang
liburannya dan sesekali aku pun ikut menanggapinya.
Selang beberapa saat, pengumuman kelas baru pun
dipasang di papan pengumuman. Kami berebut
mengambil tempat paling depan agar dapat melihat
pengumuman dengan jelas. Melihat suasana yang semakin ramai dan tidak keruan, aku hanya bisa
berdiri menunggu keadaan menjadi tenang. Sekilas
nampak seorang gadis yang sudah tak asing lagi
bagiku, namun aku belum mengenalnya. Ternyata dia
adalah gadis yang kulihat bersama teman - temannya
belum lama tadi. Timbul rasa penasaranku untuk mengetahui kelas
yang akan dia tempati. Aku pun berjalan ke arahnya.
Namun tiba - tiba seorang temanku memanggilku.
"Yog, loe masuk kelas mana?" Tanya Khan.
"Gak tau nih, males liatnya abis rame banget."
Jawabku. "Nah, loe masuk mana?" "Kalo gue masuk IPS 2, sayang kita gak sekelas ya."
Jawabnya.
Memang semua kejadian yang terjadi pagi ini tak sesuai harapanku. Setelah keadaan agak
tenang aku mulai munelusuri baris demi baris dari
setiap lembar pengumuman yang tertempel di papan
pengumuman. Tak lama kumencari - cari namaku
dalam daftar pengumuman, akhirnya kutemukan juga
namaku di daftar siswa kelas XI IPS 4. Segera setelah itu, aku langsung membaca ulang dari awal daftar
yang baru saja kubaca untuk mencari kemungkinan
siapa tahu aku satu kelas dengan teman dari kelas X
dulu. Namun harapan itu lenyap ketika aku membaca
baris terakhir dari daftar pengumuman itu. Entah
bagaimana kugambarkan perasaanku saat mengetahui kenyataan itu. Senang karena akhirnya
bisa naik kelas dengan nilai yang menurutku
lumayan, dan sedih karena tak ada temanku yang
satu kelas denganku lagi. Namun apa boleh buat,
yang sudah terjadi biarlah terjadi dan yang
menghadang di depan harus dihadapi. Seminggu sudah aku menjadi bagian dari kelasku
yang baru. Perkenalan demi perkenalan yang
dilakukan dan diadakan seminggu terakhir oleh setiap
guru yang mengisi pelajaran telah menbuat kami
semakin akrab. Bahkan hubunganku dengan teman
sebangkuku yang bernama Agoenk semakin dekat. Satu yang teramat penting dalam kisah ini dan telah
membuatku melupakan perasaanku seminggu yang
lalu tentang kesedihan dan harapan yang sirna yaitu
pertemuanku kembali dengan gadis yang pernah
kutemui tanpa sengaja saat pertama masuk sekolah.
Belakangan ini kuketahui dia bernama Meily. Mudah menggambarkan sosoknya itu dari luar, karena apa
yang kugambarkan adalah sosok seorang gadis yang menurutku sempurna.
Namun kata sempurna itu relatif di mata setiap orang.
Tanpa kusadari aku mulai tertarik dengannya. Diam -
diam bila ada kesempatan aku suka mencuri - curi
pandang ke arahnya, memperhatikan setiap
penampilan dan tingkah lakunya. Entah dia menyadari atau tidak, yang pasti hal itu sering aku lakukan
hingga tumbuh perasaan suka terhadapnya.
Tak terasa sudah dua bulan aku berada di kelas XI.
Selama itu pula aku memendam rasa kepada Meily.
Entah mengapa dengan perasaan ini semangat
belajarku di sekolah maupun di rumah berubah dari yang tadinya suka malas - malasan menjadi giat dan
bersemangat. Hal ini kurasakan sejak mengenal
Meily. Memang terlihat bertolak belakang dengan
pendapat - pendapat yang ada selama ini tentang sifat
pemalas akibat berpacaran. Namun aku tidak peduli
hal tersebut karena itu menguntungkan bagiku. Menurutku Meily itu gadis yang anggun dan lembut,
lain dengan teman - teman wanitaku pada umumnya.
Bahkan Setiap aku memandang wajahnya yang manis
itu aku selalu terbayang sosok ibuku. Entah apa yang
membuatku teringat dengan ibuku, tapi kurasa itu
hanya rasa rinduku karena sudah lama aku tidak bertemu ibuku. Semakin hari kuperhatikan sikapnya
membuatku semakin penasaran dan ingin
mengenalnya lebih dalam. Namun dasar sifatku yang
pemalu dan enggan berbicara banyak pada wanita,
akhirnya kuurungkan niatku itu. Akan tetapi rasa
penasaran ini mengalahkan segalanya. Keingintahuanku yang menggebu - gebu akhirnya
membuatku mencari cara untuk mengenal Meily lebih dalam.
Persahabatanku dengan Agoenk yang semakin hari
semakin dekat akhirnya membuatku ingin
menjadikannya teman untuk berbagi rasa, baik
senang maupun susah. Perasaanku terhadap Meily
pun selalu menjadi pokok pembicaraan kami sehari - hari, baik di rumah dan di sekolah. Dan suatu ketika
aku berinisiatif untuk meminta bantuan kepada
Agoenk untuk mencari tahu segala tentang Meily.
"Goenk, gue boleh minta tolong gak sama loe?"
Tanyaku. "Ini ada hubungannya sama perasaanku ke
Meily." "Emang ada apa Gi?" Tanya Agoenk penuh rasa
penasaran karena itu bisa terlihat dari tatapan
matanya.
"Begini," Jawabku, "Gue kan udah lama suka sama
Meily, tapi kok yang namanya PDKT susah banget ya?"
"Laha, emang dasarnya loe pemalu gimana mau bisa deketin dia? Sama cewek lain aja kalo diajak
ngomong udah gerogi, apalagi sama Meily, bisa
pingsan loe." Jawab Agoenk sambil menyindirku.
Namun apa yang dikatakan Agoenk itu semua benar.
Sifatku yang pemalu menghalangiku untuk mendekati
Meily. Bahkan Meily pernah menyapaku ketika pulang sekolah dan bukan hanya saat pulang sekolah saja
dia menyapaku, disaat - saat tertentu pun dia pernah
mengajakku bicara, namun aku hanya menjawab
sejadinya karena jujur saja saat dia berbicara padaku,
diriku seperti tersengat listrik tegangan tinggi, namun
bukan listrik sungguhan, yang ini terasa menbuat hatiku bahagia.
Akhirnya Aku dan Agoenk bermain detektif -
detektifan. Namun kami menjadi detektif yang secara khusus hanya menyelidiki dan mencari
informasi tentang Meily. Berbagai cara kami lakukan
untuk mencari tahu hal - hal yang berbau Meily. Dari
bertanya pada teman - teman yang dekat dengannya
sampai mencari tahu dengan bertanya langsung pada
Meily walau diawali basa - basi. Semua itu dilakukan oleh Agoenk karena tidak mungkin aku yang pemalu
ini melakukan hal tersebut. Aku hanya bisa mencari
tahu dengan memperhatikannya dari jauh seperti
yang kulakukan biasanya. Memang semua itu terlihat
aneh dan kekanak - kanakan, namun kami menikmati
hal tersebut bahkan kami sempat memanggil diri kami sebagai detektif walau hanya sebatas dalam
imajinasi kami sendiri.
Berkat bantuan dari Agoenk sekarang aku tahu lebih
banyak tentang Meily walau tidak sebanyak yang
diketahui oleh orang - orang terdekatnya. Namun
sebuah kabar yang entah mestinya harus kuketahui atau tidak saat itu telah tersebar dan sampai ke
telingaku. Sebuah kabar yang menurutku dapat
membuat dunia menjadi gelap bahkan membuat
sebuah harapan baru yang sedang tumbuh dalam
hatiku terancam sirna seperti harapanku yang telah
lalu. Ternyata telah ada yang mengisi ruang hati Meily selama ini. Entah kabar itu benar atau tidak karena
yang namanya kabar belum bisa dipastikan benar
atau tidak adanya bila belum ada yang bisa
membuktikan.
Setelah mendengar kabar yang tak menyenangan itu,
diri ini seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Hati ini kehilangan arah yang harus
ditempuhnya. Semua yang telah kudapatkan selama ini dan apa yang telah kususun hingga saat ini
hilang begitu saja seperti pasir yang tersapu ombak.
Hidup ini seperti tak berarti lagi bagiku. Entah
bagaimana dapat kugambarkan keadaan dan
suasana hatiku saat itu. Begitu gelap, tak tahu arah
dan tujuan. Mengapa semua ini terjadi begitu mendadak. Tak pernah kubayangkan hal ini akan
menimpaku. Memang segala yang terjadi begitu
kejam bagiku. Namun apa yang bisa kuperbuat untuk
merubah yang telah terjadi? Tidak ada, kecuali
menerimanya dengan pikiran yang jernih dan penuh
kesabaran. "Ngelamunin dia ya?" Tanya Agoenk membuyarkan
lamunanku.
"Siapa juga yang lagi ngelamun." Jawabku mengelak
dari tuduhannya. "Tapi emang gue lagi mikirin yang
loe omongin ke gue waktu itu."
"Gak usah dipikirin, lagian belum tentu itu bener." Kata Agoenk mencoba menghiburku.
"Tapi masalahnya kalo itu beneran gimana?" Kataku
sedikit agak kesal.
"Ya kita cari tau dulu lah, semoga aja gak bener."
Mendengar perkataan Agoenk yang sebenarnya
sedang menghiburku, timbul sedikit harapan dihatiku. Walau hanya sedikit namun itu bisa membuat
semangatku timbul kembali. Lalu aku mulai berpikir
dan membangun kembali segala sesuatu yang
sempat hilang tadi.
Dimulai dari menduga - duga akan kebenaran kabar
bahwa ada laki - laki yang telah mengisi hati Meily. Lalu kami coba membuktikannya dengan mencari
tahu siapa sebenarnya laki - laki yang bisa dikatakan
telah menaklukan hati Meily itu. Segala upaya yang
kulakukan dengan agoenk akhirnya membuahkan hasil. Walau hasilnya belum begitu
mengena dengan yang kami kehendaki namun sudah
cukup untuk menjadikannya sebagai bukti awal
kebenaran kabar yang tidak menyenangkan bagiku
itu. Bahkan semakin banyak bukti yang didapat
semakin hancur perasaanku ini melihat kenyataan yang ada.
Mick yang selalu disebut - sebut Meily ketika berbagi
rasa dengan teman dekatnya merupakan nama
samaran untuk laki - laki yang dia sukai itu. Entah
perasaan apa yang saat ini menyelimuti hatiku, begitu
panas hati ini ketika kumengingat hal tersebut. Mungkinkah itu api cemburu? Tak salah aku
menyebutnya begitu karena sejujurnya aku memang
sedang dilanda cemburu.
Setelah semua itu terjadi, aku mulai berpikir mengapa
semua itu terjadi dan mengapa pula aku yang harus
mengalaminya. Aku membayangkan kembali masa yang telah lalu, dimana aku mulai duduk di kelas XI,
kapan aku mulai mengenal teman - teman baruku
sampai perkenalanku dengan seorang gadis yang
bernama Meily yang telah membuat hidupku berubah
menjadi seperti ini. Sampai suatu saat timbul dalam
pikiranku sebuah ide yang menurutku agak nekat karena akan menjadi pengalaman pertamaku
melakukan hal itu. Terus kupikir dan
kupertimbangkan ide itu hingga aku meminta
pendapat kepada teman dekatku Agoenk dan dia pun
menyetujui ideku itu. Tanpa pikir panjang aku mulai
menyusun rencana untuk merealisasikan ideku. Di malam yang dingin, kata demi kata kurangkai
menjadi beberapa kalimat. Bukan kalimat biasa
tentunya, melainkan untaian kalimat penuh makna yang bisa mewakili isi hatiku
saat ini ketika membayangkan seorang wanita yang
telah membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Kalimat - kalimat yang menurutku lebih pantas
disebut puisi ini kubuat bukan tanpa maksud, namun
tiap baitnya ingin kusampaikan kepada gadis pujaanku. Sesuai dengan ideku sebelumnya yaitu
mengirim tulisan yang kubuat tadi melalui SMS, aku
mulai mengetiknya tiap hurufnya sambil
memperhatikan sisa batas karakter yang masih bisa
dipakai. Jantungku berdebar tak seperti biasanya
ketika menulis tiap kalimat yang kubuat. Hatiku terus berkata apakah aku harus mengirimkannya atau
tidak. Setelah tersusun sesuai dengan keinginanku,
aku mulai mengatur waktu SMS itu kapan akan
terkirim. Lenkap sudah persiapanku itu. Seperti
seorang prajurit yang akan menjalankan tugas
pertamanya di medan perang, jantungku terus berdebar cepat dan pikiranku tetap bimbang antara
mengirimkan puisi tadi atau membatalkan niatku.
Namun lama kelamaan perasaan dan pikiran itu
hilang karena rasa kantuk menguasaiku hingga
akhirnya aku pun tidur dengan pulas. MALAM YANG SEMAKIN LARUT. . .
SEPERTI DIRIKU YANG LARUT DALAM CINTA. . .
KUBUTUH KEHANGATAN CINTA. . .
DI TENGAH MALAM YANG DINGIN INI. . . Sudah dua kali aku melakukan hal itu. Namun masih
ada yang membuatku gelisah dan belum puas.
Memang Meily pasti sudah tahu maksud dari isi pesan
yang kukirim kepadanya dua hari terakhir ini, Namun
sesuatu yang membuatku belum puas saat itu adalah
tanggapannya terhadapku setelah kuungkapkan isi hatiku
kepadanya melalui kalimat - kalimat singkatku. Dan
saat - saat seperti itulah yang kini sedang kunanti.
Namun saat - saat itu tak kunjung datang. Hari
berganti hari dan hal yang selalu kuharapkan sedari
kemarin mungkin hanya akan menjadi harapan selamanya.
Memang terasa begitu pahit, sebuah kabar yang tak
kuharapkan terdengar kembali sampai ke telingaku.
Dan kali ini akan membuatku lebih menderita dari
sebelumnya. Ternyata Meily memang tak ada rasa
apa - apa terhadapku! Sungguh menyayat hati. Sangat tidak pantas untuk dikatakan. Ketika seseorang
sedang berharap kebahagiaan akan datang suatu
saat kepadanya namun sebaliknya, kehacuran yang
datang kepadanya. DON'T ASK TO ME. . .
DON'T FORGET ME. . . Hari - hariku kini terasa hampa. Diri ini yang dulu
selalu kubanggakan bagiku kini seperti tak berharga
lagi. Tak ada apapun dalam pikiranku saat ini selain
puing - puing harapan yang dulu selalu menjadi arah
dan tujuan hidupku dikala muda. Tak ada sisa
kebahagiaan lagi dihatiku. Yang ada hanyalah keputusasaan yang akan terus menyelimutiku entah
berapa lama. Sahabat dekatku Agoenk yang selama
ini selalu membantuku menhadapi masalah - masalah
dari yang kecil hingga yang besar juga ikut
merasakan kesedihanku. Berbagai upaya dia lakukan
untuk menghiburku, Namun aku terlalu larut dalam kepedihan hingga aku tidak menghiraukan
keberadaannya itu.
Suatu ketika, saat aku sedang di rumah, telepon
genggamku berdering, lalu kulihat ternyata ada pesan masuk. Otakku langsung berpikir dan
mengira - ngira siapa yang mengirimiku pesan.
Segera kubuka pesan itu. Ternyata Agoenk
menanyakan apa yang sedang aku lakukan di rumah.
Setelah beberapa pesan singkat keluar masuk dari
telepon genggamku, akhirnya aku dan Agoenk memutuskan untuk bertemu diluar malam nanti.
Kebetulan malam ini malam minggu sehingga bisa
dijadikan waktu untuk mencari hiburan diluar.
Singkat cerita aku dan Agoenk duduk di alun - alun
kota sambil diterangi lampu yang besinar warna -
warni. "Gimana masih mikirin yang itu?" Tanya Agoenk
memulai pembicaraan.
"Iya nih, gue gak bisa ngelupain dia." Jawabku.
"Aku ada saran nih, gimana kalo loe coba ngomong
lagi sama dia. Siapa tau ada perubahan." Kata Agoenk
menyarankan. Selama ini saran dan masukan dari Agoenk cukup
berguna bagiku. Maka dari itu, dimalam minggu ini
juga aku mencoba untuk bicara kepada Meily, melalui
SMS tentunya. Kutulis pesanku dimulai dari
permohonan maafku karena mungkin selama ini aku
telah mengganggunya serta keinginanku agar Meily tetap mau berteman denganku seperti biasanya
karena selama ini dia terlihat menjauhi aku. Akhirnya
malam semakin larut, aku dan Agoenk setuju untuk
pulang kembali ke rumah.
Apa yang kunantikan sedari malam sampai pagi ini
belum datang. Apakah dia marah atau ada suatu hal yang menjadi alasan untuk tidak membalas pesanku.
Lalu kutanyakan hal ini kepada Agoenk. Menurutnya
mungkin saja Meily sedang tidak ada pulsa atau ada
alasan lain. Lalu dia menyarankan aku untuk mengirim pesan
lagi menayakan alasan sebenarnya.
Segera setelah kukirim pesan singkat kepada Meily.
Telepon genggamku berdering menandakan ada
pesan baru masuk. Karena tak sabar, aku segera
membukanya. Ternyata memang apa yang Agoenk katakan. Dengan lembut Meily meminta maaf dan
menjelaskan alasan mengapa dia tidak membalas
pesanku tadi malam.
Timbul sesuatu dalam pikiranku yang tak seperti
biasanya. Aku memberanikan diri menceritakan
segala perasaanku terhadapnya secara langsung tanpa dikiaskan dalam bait - bait puisi lagi. Kukatakan
aku menyukainya dan apa yang kulakukan selama ini
semua karena aku hanya ingin dia tahu bahwa aku
sayang dia. Dan kuceritakan juga alasan mengapa
aku mencintainya sekaligus meminta maaf atas
perbuatanku selama ini yang mungkin telah mengganggu kehidupannya. Dan dengan dua
jawaban Meily yang terakhir atas pesanku sudah
cukup untuk mengakhiri kisah cintaku yang tak
pernah berakhir. Walau kuingin segalanya hilang dari
ingatanku namun tetap saja diriku tak berdaya lepas
dari perasaan cintaku terhadapnya. Memang cintaku tak berbalas namun akan tetap kubiarkan tumbuh
sampai ada cinta lain yang lebih baik bagi diriku.
Entah sampai kapan.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar