Sabtu, 05 Maret 2011

Detektif ABG (Asal Bayar, Gampang!)

Bener-bener berawal dari keisengan. Terpaksa, gara-
gara klub senam yang anggotanya cuma mereka
bertiga dan tidak pernah punya kegiatan itu akan
dibubarkan kalau pada akhir semester nanti belum
juga ada perubahan. Tama sebagai ketua klub yang
punya sejuta ide, ternyata waktu itu cuma punya satu ide doang yang terpikir di kepalanya. Yaitu: bikin klub
detektif!
"Punya ide kayak gitu dari mana lo?" Tanya Yoga,
temennya yang berbadan atletis itu keheranan. "Gue
rajin baca komik detektif.." jawab Tama mantap,
membuat Yoga geleng-geleng kepala. Meskipun dengan kemampuan pas-pasan ternyata
mereka mampu memecahkan beberapa kasus unik
dan aneh dengan bermodalkan sebuah buku
'Panduan Menjadi Detektif' yang dibeli di toko buku
atas usulan Chandra. Itu membuat mereka menjadi
sangat terkenal di kampus mereka. Walaupun mereka sadar, ternyata dibalik penampilan
mereka yang urakan tersimpan bakat terpendam
menjadi detektif, tetapi mereka tidak sadar bahwa
mereka akan menghadapi kasus-kasus yang jauh
lebih berat dan beresiko. Mereka nggak sadar bahwa
kemampuan itu bisa menggiring mereka ke dalam lembah kriminalitas yang mengancam nyawa...cerita tentang tiga orang sahabat satu kampus, yang kompak abis. Kemana-mana mereka selalu bertiga,nggak kuliah lah, makan lah, tidur lah-mereka juga
satu kos-mereka selalu bersama-sama dan bahkan
sampai pergi ke kamar mandi juga selalu sama-sama!
Pokoknya dengan kata lain mereka bertiga nih kompak bangeeet!
Kebetulan mereka satu kampus di fakultas pertanian,
jurusan teknik pertanian. Kebetulan nilai mereka
setiap semesternya gak jauh beda, jadi mereka selalu
mengambil jumlah mata kuliah yang sama. Jadi tiap
semester mereka bareng terus deh. Orang yang pertama namanya Tama. Dia bisa dibilang
pemimpin mereka. Soalnya kemana-mana yang dua
cuma ikutan doang, si Tama ini yang selalu punya
gagasan.
Badannya cukup tinggi, mukanya lumayan cakep, dan
yang paling ciri khas dari dia tuh rambut panjangnya yang selalu diikat, bikin dia kelihatan garang. Sifatnya
cerdik, agak licik, licin, jago ngeles.
Orang kedua, namanya Chandra. Dia ini tipe pemikir.
Dari penampilannya aja yang selalu pakai kacamata
bulat, rambut klimis sama setelannya yang selalu
rapi, sekilas aja orang pasti langsung tahu kalau dia itu kutu buku.
Tapi jangan salah, otaknya tuh.. sama sekali gak
pinter.. hehe. Dia tuh paling tel-mi diantara mereka
bertiga. Namun orangnya asyik, periang dan nggak
gampang tersinggung.. karena itulah temennya yang
lain bisa leluasa ngeledekin dia terus! Nah, orang yang ketiga nih yang paling demen
ngeledekin si Chandra, namanya Yoga, dia orangnya
tipe atlet. Perawakannya tinggidan kekar. Tipe idaman cewek, tapi sampai sekarang
sih.. belum ada satu pun cewek yang mau sama dia,
hehe. Sifat dia asal banget, ceplas-ceplos, dan
pokoknya paling gila diantara mereka bertiga.
Pokoknya meskipun beda tipe, mereka bertiga sangat
kompak. Satu lagi, mereka bertiga masih jomblo, jadi kerjaanya
tiap siang pulang kuliah kayak hari ini, paling
nongkrong di tempat klub mereka, yaitu klub senam.
Tadinya klub ini lumayan terkenal, banyak
peminatnya tapi semenjak mereka bertiga yang jadi
pengurusnya, nggak ada satu pun yang mau masuk klub itu, soalnya anggotanya kan kebanyakan cewek,
yah, pada gengsi gitu lah. Alhasil anggotanya cuma
mereka bertiga. Tiap hari dipakai mereka nongkrong
doang. Mereka bertiga sedang membahas masalah
ini.
"Kalau begini terus, bisa-bisa..." Tama tidak melanjutkan kata-katanya, lalu termenung sebentar.
"Bisa-bisa kenapa...?," tanya Yoga penasaran, dia
berjalan mendekati kursi lalu duduk di pinggirannya,
menatap Tama dengan tajam.
"Bisa-bisa.. klub ini ditutup!", jawab Tama. "Menurut
peraturan kampus, klub yang tidak aktif selama satu semester, akan ditutup."
"Wah yang bener?" Yoga terperanjat, Chandra yang
dari tadi sedang membaca buku humor di pojok
ruangan pun menoleh ke arah Tama sebentar, lalu
kembali sibuk membaca. "Bukannya klub kita sampai
sekarang selalu aktif?" "Aktif apanya? Tiap hari kita kerjaannya cuma
nongkrong begini. Kalau di akhir semester, pas
waktunya inspeksi rutin, kita masih kayak gini, udah
pasti ditutup!"Tegas Tama.
"Wah gimana dong?"
"Gue juga lagi mikir.."
Sesaat kemudian suasana menjadi sunyi. Kemudian
Yoga melirik Chandra yang dari tadi baca buku
humor.. tapi gak ketawa sekali pun. "Hei, Cupu! Lo ngapain sih dari tadi? Baca buku humor kok nggak
ketawa sekali pun?"
Chandra menggaruk-garuk kepala. "Kata orang sih,
buku ini lucu. Tapi aku kok malah nggak ngerti,
dimana lucunya?"
Yoga menggeleng-geleng kepala. "Dasar tel-mi! Udah nggak usah dibaca, sini kita diskusi sebentar!"
Chandra pun menurut. Mereka kemudian saling
berpikir, mencari solusi yang tepat.
Sesaat kemudian suasana menjadi serius. Ketiganya
berusaha memecahkan masalah ini dengan mencari
solusi yang paling memungkinkan. "Gimana kalo kita bikin klub detektif aja.." Suara Tama
memecahkan keheningan. Chandra dan Yoga saling
berpandangan sejenak.
"Punya ide kayak gitu darimana lo?" Tanya Yoga
sengit, "memangnya kita punya kemampuan?"
"Tenang aja gue rajin baca komik detektif! Gue sedikit- sedikit ngerti lah!"
"Gila lo ya, cuma bermodalkan itu lo berani buka klub
detektif?"
"Emang lo punya ide lain?" Tanya Tama menantang.
Selama ini dia selalu dapetin keinginannya cuma gara-
gara dua temennya nggak pernah punya ide sendiri. Tama tahu betul sifat kedua temennya. Makanya dia
yakin kali ini juga nggak bakal ada yang protes.
"Ehm... nggak ada sih," setelah mikir lama, Yoga
akhirnya menjawab sambil garuk-garuk kepala. "Hei
cupu! Lo punya ide nggak?" Tanyanya ke Chandra.
"Wah bagus jugatuh ide si Tama! Gue setuju!" Jawab Chandra nggak
mau repot. "Gue juga sering banget baca komik
detektif."
"Tapi lo nggak ngerti isinya kan?"
"Ngerti kok, sedikit..."
"Begini, nih, gue punya ide kayak gini sebenarnya bukan apa-apa. Bayangin, kalo kita bikin klub detektif,
sekalian kita bikin biro jasa detektif juga. Kita
menerima kasus apa aja, nah, tentu saja kita narik
bayaran, jadinya kita punya penghasilan deh! Soal
beres nggaknya kasus itu nggak masalah, kita tinggal
ngeles aja, yang penting uang udah masuk," Tama berkata lagi penuh semangat, "gue yakin,
birokrasinya juga nggak bakal susah. Tujuan kita kan
baik banget! Iya kan? Lagian klub kayak gini belum
ada di universitas kita."
Mendengar kata-kata yang berbau uang, Yoga yang
tadinya nggak setuju, tiba-tiba berbinar-binar matanya. "Wah! Ide lo keren banget! Bayangin aja,
misalnya kita narik 100 ribu per kasus, bila seminggu
dapet lima kasus aja udah 500 ribu, lumayan buat
nambahin biaya makan! Gue setuju! Setuju banget!"
Dia mendadak semangat.
Sejenak Tama melihat ke arah teman-temannya, kelihatannya mereka semua sudah setuju.
"Oke kalau gitu, udah sepakat nih! Kita bakalan bikin
klub detektif!" AKHIRNYA setelah ngurusin segala macamnya ke
pejabat-pejabat fakultas, Tama berhasil mendapatkan
izin untuk mendirikan klub detektif. Meskipun dikasih
persyaratan yang sama, yaitu bila dalam satu
semester belum kelihatan ada kegiatan yang berarti
maka klub itu bakalan ditutup. Sore itu mereka sedang sibuk membereskanruangan klub. Semua peralatan lama, yang
berhubungan dengan senam, mereka 'sewakan' ke
rumah pegadaian. Hasilnya mereka dapat beberapa
barang keperluan seperti meja resepsionis lengkap
dengan komputer. Terus ruang senam yang tadinya
berisi alat-alat senam kini disulap menjadi ruangan konsultasi untuk klien mereka berupa sofa mini yang
saling berhadapan sekaligus mejanya, sebuah lemari
kabinet buat nyimpen file, dispenser kecil dan sebuah
kipas angin biar nggak kegerahan.
"Eh, ngomong-ngomong nama biro detektifnya apaan
nih?" Tanya Yoga yang lagi bikin papan nama di halaman ruang klub. Tangannya sibuk mengaduk-
aduk cat kayu di ember.
"Gima kalo Detektif Serba Bisa!" Saran Tama.
"Ah, kurang menjual."
"Gimana kalo, Kantor Detektif Chandra!" Kata Chandra
yang lagi sibuk makan siomay di bangku panjang, di depan klub. Dia paling demen makan siomay, menurut
dia siomay itu makanan paling lezat sedunia.
"Gue yakin kalo namanya kayak gitu, nggak bakalan
ada yang datang!" Bales Yoga sambil cekikikan.
Sementara mereka mikir, Hendri dari klub Majalah
Kampus yang letaknya di sebelah kiri ruangan klub mereka-ruangan klub senam dan klub-klub lain yaitu
klub pencinta alam, klub musik, dan klub jurnalistik
menempel satu sama lain-dia iseng-iseng nanya,
"wah! Wah! Ganti klub nih? Katanya mau sekalian
bikin biro detektif juga? Kasus apa aja nih, yang kalian
terima?" Chandra menelan siomay di sendoknya, "Semua
kasus bisa, Mas." Jawabnya asal-asalan, "begini Mas..
Asal bayar,semua kasus gampang!" Tambahnya.
"Hebat juga!"
Yoga menjentikkan jarinya tiba-tiba. "Wah! Brilian!
Gua dapet nama nih! Gimana kalau nama biro jasanya,
Detektif ABG-Asal Bayar, Gampang! Kadang-kadang lo
jenius juga Chan!" "Hehe.." Chandra ketawa bangga.
Tama mengangguk setuju, "Gue setuju!"
Kemudian Yoga pun menyelesaikan papan nama
klubnya, Hendri yang lagi nganggur di klubnya secara
sukarela membantu mereka beres-beres. Mau
menjadi tetangga yang baik, katanya. Setelah beberapa lama Yoga berhasil menyelesaikan
tugasnya untuk membuat papan nama. Disitu tertulis : KLUB DETEKTIF
Biro Jasa :
Detektif ABG (Asal Bayar, Gampang)
Menerima kasus apa saja!
Jam Kerja : Pkl. 14.00 - 17.00
Call Center : Tama (087734902300)
"Fuih.. selesai juga!" Mereka bertiga berseru lega,
setelah seharian ini bekerja keras bela-belain bolos
kuliah statistika-padahal dosennya killer-demi
ngeberesin ruangan klub.
Hendri yang ikut membantu juga berseru lega,
soalnya dia bisa melanjutkan pekerjaan klubnya yang tertunda tadi. Tapi tiba-tiba teringat sesuatu.
"Ehm... berarti udah resmi nih, klub detektif kalian.
Aku ikut senang..." Katanya.
"Ini berkat lo juga Hendri, kalo lo nggak bantuin kita-
kita, pasti nggak akan selesai secepat ini. Thanks
banget ya... " Seru Tama. "Sebenarnya aku punya masalah.. euh," Hendri
kelihatan ragu-ragu, tapi akhirnya memberanikan diri
mengatakan hal yang sebenarnya. "Sekarang kalian
kan udah resmi buka jasa detektif.. boleh nggak nihaku menyewa jasa kalian.. aku bener-bener butuh
bantuan kalian..."
Tama dan kawan-kawan terkesiap kaget.
"Maksud lo.. menyewa jasa detektif ABG.."
"Yeah... aku butuh jasa kalian sekarang juga."
Tama, Chandra dan Yoga tak mampu menyembunyikan rasa kaget mereka. Ketiganya
langsung bersorak-sorai kegirangan.
"Akhirnya kita mendapat pelanggan pertama!"
-o0o-